Defenisi
Endometritis
adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam
pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi. Terdapat berbagai bagian type
endometritis yaitu :
1. Endometritis
post partum, yaitu radang dinding rahim sesudah melahirkan.
2. Endometritis
sinsitial, yaitu peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel
sintitial dan trofoblas yang banyak.
3.
Endometritis tuberkolosa, yaitu peradangan pada dinding rahim endometrium dan
tuba fallopi.
Endometritis
biasanya terjadi akibat infeksi naik dari saluran kelamin bawah. Dari
persfektif patologik, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan
kronik. Endometritis akut ditandai dengan kehadiran neutrofil dalam kelenjar
endometrium. Endometrium kronis ditandai dengan adanya sel plasma dan limfosit
dalam stroma endometrium.
Dalam
populasi non obstetrik, PID dan proses ginekologi inasi adalah prekursor paling
umum untuk endometritis akut. Dalam populasi obstetrik, infeksi pasca persalinan
adalah pendahulu yang paling umum. Endometritis kronis pada populasi obstetrik
biasanya terkait dengan produk konsepsi ditahan setelah melahirkan atau aborsi
efektif. Dalam populasi nno obstetrik, endometritis kronik telah terlihat
dengan infeksi seperti klamidia, tuberkolosis, dan bakteri aginosis, dan adanya
suatu alat kontrasepsi.
Penyebab
Mikroorganisme
yang menyebabkan endometritis diantaranya : Campylobacter foetus, Brucella sp, dan trichomonas foetus. Endometritis juga
dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti : Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli
dan Fusobacterium necrophorum.
Organisme penyebab biasanya mencapai vagina pada saat perkawinan, kelahiran,
sesudah melahirkan atau memulai sirkulasi darah.
Terdapat
banyak faktor yang berkaitan dengna endometritis, yaitu retensio sekundinarum,
distokia, faktor penanganan, dan siklus birahi tertunda. Selain itu,
endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta
kerusakan jalan lahir sesudah melahirkan. Endometritis dapat terjadi sebagai
kelanjutan kasus distokia atau retensi plasenta yang mengakibatkan involusi
uterus pada periode sesudah melahirkan menurun.Endometritis sering juga
berkaitan dengan adanya Korpus Luteum Persistem (CLP).
Patogenesis
Rahim
merupakan organ yang steril sedangkan pada vagina terdapat banyak
microorganisme oportunistik. Microorganisme dari vagina ini dapat secara
asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila
jumlah microorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka
dapat terjadi endometritis. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi
pada saat kawin suntik atau penanganan kelahiran yang tidak higienis, sehingga
banyak bakteri yang masuk seperti bakteri non spesifik, E. coli, Streptococcus, Staphilylococcus, dan Salmonella. Maupun bakteri spesifik, Brucella sp, Vibrio foetus,
dan Trichomonas foetus.
Gejala
Klinis
Gejala klinis endometriosis yaitu
lendir vagina yang berwarna keputihan sampai kekuningan yang berlebihan, dan
rahim membesar. Penderita dapat nampak sehat walaupun dengan lendir vagina yang
kekuningan dan rahimnya tertimbun cairan. Pengaruh endometritis terhadap
kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan kesuburan, sedangkan dalam
jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan reproduksi karena terjadi
perubahan saluran reproduksi.
Gejala klinis endometritis :
1.
Berupa
adanya leleran vagina yang berwarna putih atau putih kekuningan yang akan
meningkat pada saat serviks berdilatasi dan ada mucus vagina yang berlebihan.
Leleran tersebut biasa disebut “Leucorrhea” yang berarti secret putih dan
kental dari vagina dan rongga uterus.
2. Terdapat
tanda-tanda penyakit sistemik yang pada beberapa kasus menyebabkan penurunan
produksi susu dan nafsu makan.
3.
Pada
palpasi per rectal ditemukan adanya involusi uterus yang terasa seperti adonan.
4. Dalam
jangka pendek akan mengurangi fertilitas dan akan memperpanjang calving
interval serta menurunkan angka service per conception (S/C).
Sedangkan dalam jangka panjang akan
menyebabkan sterilitas yang dapat menimbulkan perubahan pada traktus genitalis
yang bersifat irreversible.
Endometritis
dapat berupa kasus akut maupun kronis. Gejala klinis pada endometritis sering
tidak begitu jelas. Demikian juga pada pemeriksaan melalui rektal atau
pemeriksaan vagina hasilnya tidak jelas, khususnya bila peradangan bersifat
akut.
Endometritis
yang kronis disertai dengan penimbunan cairan (hidrometra) atau nanah
(piometra), gejala-gejalanya akan lebih jelas, terutama pada waktu idung
berbaring, akan ada cairan yang keluar dari alat kelamin luar berbentuk
gumpalan nanah. Ini disebabkan uterus yang mengandung nanah atau cairan
tertekan antara rantai lantai kandang dan rumen. Kadang-kadang sukar menentukan
apakah cairan tersebut berasal dari uterus atau serviks, karena umumnya serviks
dan vagina turut serta dalam proses peradangan. Gejala lain yang mungkin
dilihat khususnya endometriosis yang akut pada sapi perah adalah suhu yang
meningkat disertai adanya demam, sering urinasi, nafsu makan menurun, produk
susu juga menurun, denyut nadi lemah, pernafasan cepat dan rasa sakit pada
uterus, ditandai sering menengok ke belakang, ekor sering diangkat dan sering
merejan.
Pada
pemeriksaan rektal, uterus mungkin teraba agak membesar dan dindingnya agak
menebal. Endometritis yang berderajat ringan, melalui perabaan rektal mungkin
tidak teraba adanya kelainan pada uterus. Pada anjing, endometritis berat
sering diikuti dengan muntah-muntah.
Diagnosa
Endometritis
dpat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosa endometritis dapat
didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vagina dan
biopsi. Keluhan kasus endometrisis biasanya susah untuk mempunyai keturunan
(anak), siklus birahi diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat
ringan. Pemeriksaan vagina dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan
melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan
di daerah vagina dan dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba
dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan
sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
Secara
klinis karakteristik dengan adanya pengeluaran muccopurulen pada vagina.
dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa endometritis tidak
berdasarkan pada pemeriksaan histologis dari byopsi endometrial. Tetapi pada
kondisi lapangan pemeriksaan vagiana pada palpasi traktus genital per rektum
adalah tehknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis. Pemeriksaan
visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas pengeluaran uterus adalah
penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak mencerminkan isi
dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus, cervik atau vagina
pada mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian
telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik, pengeluaran
dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari diameter
uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina. Sangat penting untuk dilakukan
diagnosa dan dan pemberian perlakuan pada kasus endometritis di awal periode
post partus.
Kejadian
endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui
lewat palpasi rektal, diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan
biopsi mungkin diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan
pemeriksaan vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan
keberadaan cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma
kelahiran, distokia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode post
partum dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk
memastikan adanya pus, mengidentifikasikan keradangan pada uterus.
Sejumlah
kecil pus yang terdapat pada pipa inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah
suatu gejala yang mengarah pada endometritis. Keradangan pada serviks
(cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti itu.
Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk melakukan
pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum.
Untuk
beberapa kasus endometritis klinis dan subklinis, diagnosa diperkuat dengan
biopsy uterin. Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan biopsy uterin dapat untuk
memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus.
Terapi
Pengobatan untuk endometritis dilakukan
dengan terapi :
1. Antibiotik lokal atau
sistemik (oksitetrasiklin 500-1500 mg dengan pemakaian maksimal 3-6 gr intra uterine, neomisin 500-1000 mg)
2.
Prostaglandin atau estrasiol
3.
Terapi microwave dengan intensitas yang rendah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar