Minggu, 24 Juni 2012

SUNTIK KB


SUNTIK KB
1.       Pengertian
          -    Pengertian Secara Umum
                        KB adalah  usaha mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya, bagi ayah serta keluarga dan masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai  akibat langsung dari kelahiran tersebut. 

          -    Pengertian Secara Khusus
                        KB adalah   pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah bertemunya sel mani dari laki-laki dan sel telur dari perempuan sekitar persetubuhan.

          -    KB adalah  suatu usaha untuk  menjarangkan atau merencanakan jumlah kelahiran dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Prof. Dr. Rustam, M.MPH, 1998:225). 

2        Jenis
          Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntik
          1.  DMPA (Depo Medroxy Progesteron Acetat/Depo Provera)
              Diberikan sekali dalam  3 bulan dengan dosis 150 mg dengan cara disuntikkan ini.
          2.  DEPO NET-EN (Norethindorone Enanthate/Depo Noristerat)
              Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 2 bulan (8 minggu) dengan cara disuntikkan IM.


3        Mekanisme Kerja
          1.  Primer : mencegah ovulasi
              Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi LH surge respon kelenjar hipofise terhadap gonadotropin releasing hormon eksogeneus tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjar hipofise (menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi ovulasi).
          2.  Sekunder
              -    Mengentalkan lendir servik dan menjadi sedikit sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma
              -    Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi
              -    Menghambat  transportasi gamet dan tuba
              -    Mengubah endometrium menjadi tidak sempurna untuk  implantasi hasil konsepsi.

4        Indikasi KB Suntik
                   KB Suntik diberikan kepada wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang/wanita yang telah mempunyai cukup anak tapi enggan/tidak bisa melakukan sterilisasi. Ini  juga diberikan kepada wanita yang mempunyai kontra indikasi estrogen/menunjukkan efek samping dengan pemakaian estrogen/enggan minum pil tiap hari. KB suntik yang diberikan kepada ibu menyusui dan pada wanita yang mendekati menopause. 

5        Kontra Indikasi
          Ada 2 macam, yaitu:
          1.  Kontra indikasi secara mutlak
              -    Terdapatnya tromboflebitis/riwayat tromboflebitis
              -    Kelainan serebro vaskular
              -    Fungsi hati tidak / kurang baik
              -    Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan alat reproduksi

              -    Varices berat
              -    Adanya kehamilan
          2.  Kontra Indikasi secara relatif
              -    Hipertensi
              -    Diabetes
              -    Perdarahan abnormal pervaginam
              -    Fibromioma uterus
              -    Penyakit jantung dan ginjal

6        Macam-macam Kontrasepsi Suntik
          Ada 3 macam, yaitu:
          a.  Depo Provera
              Adalah  medroxyprogesterone yang digunakan untuk  tujuan kontrasepsi parenteral/mempunyai efek progesteron yang kuat dan sangat efektif.
              1.  Komposisi
                   Suspensi Steril Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) dalam  air:
                   -    Tiap vial berisi 3 ml suspensi (150 mg Medroxy Progesteron Acetat)
                   -    Tiap vial berisi 1 ml suspensi (150 mg Medroxy Progesteron Acetat)
              2.  Waktu Pemberian dan Dosis
                   Disuntikkan dalam  dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus lama pada otot bokong musculus gluceus agak dalam.
              3.  Efektivitas
                   Efektivitas tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan tiap tahun asal penyuntikan dilakukan secara teratur. 
              4.  Keuntungan 
                   -    Lebih mudah digunakan, tidak perlu setiap hari menelan pil
                   -    Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
                   -    Sangat efektif
                   -    Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
                   -    Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai pre menopause
                   -    Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
                   -    Tidak mengganggu hubungan sexual, mengurangi rasa nyeri saat haid.
                   -    Tidak didapat pengaruh sampingan dari pemakaian estrogen. 
              5.  Efek Samping     
                   -    Reaksi anafilaksis
                   -    Penyakit tromboembolik, tromboplebitis
                   -    Sistem saraf pusat gelisah, depresi, pusing, sakit, tidak bisa tidur
                   -    Selaput kulit dan lendir bercak merah/jerawat
                   -    Gastrointestinal, mual
                   -    Payudara lembek dan galaktorea
                   -    Perubahan warna kulit ditempat suntikan
              6.  Cara Pemberian
                   -    Waktu pasca persalinan (PP)
                        Diberikan pada hari ke 3-5 PP/sesudah ASI diproduksi/ibu sebelum pulang dari RS/6-8 minggu pasca bersalin asal ibu tidak hamil/belum melakukan coitus.
                   -    Pasca Keguguran
                        Segera setelah kuretage/sewaktu ibu hendak pulang dari RS, 30 hari pasca abortus asal ibu belum hamil lagi, dalam  masa interval diberikan pada hari 1-5 haid.

          b.  Noristat (Norigest)
                        Adalah obat kontrasepsi yang disuntikkan (secara depot). Larutannya merupakan campuran benzyl benzoat dan castrol oil dalam  perbandingan 4:6. Efek kontrasepsinya terutama mencegah masuknya  sperma melalui lendir servik.
              1.  Komposisi 
                   Dalam  ampul norigest berisi 200 mg nerotinason enantat dalam  larutan minyak (depo norestirat)
              2.  Waktu Pemberian dan Dosis
                   Disuntikkan dalam  dosis 200 mg/cc sekali setiap 2 bulan dengan cara IM. Untuk  6 bulan pertama  suntikan diberikan setiap 8 minggu dan setelah itu setiap 12 minggu.
              3.  Efektivitas 
                   Menyebabkan siklus haid lebih stabil, amenorhea lebih jarang dan fertilitas lebih cepat kembali setelah berhenti menjadi akseptor. Efektivitas dan angka kegagalan sama dengan pil kombinasi.
              4.  Keuntungan
                   -    Sangat efektif sebagai  metode kontrasepsi
                   -    Tidak berefek buruk terhadap laktasi
                   -    Kembalinya kesuburan lebih cepat
                   -    Kadar Hb sering bertambah sehingga dapat mencegah anemia
                   -    Siklus haid lebih stabil
              5.  Efek Samping
                   -    Amenorhea
                   -    Perdarahan berkepanjangan
                   -    Badan terasa panas dan liang senggama kering
                   -    Bertambahnya berat badan
                   -    Rambut rontok
                   -    Hiperpigmentasi sekitar pipi
              6.  Waktu mulai menggunakan kontrasepsi
                   -    Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil
                   -    Mulai hari pertama sampai ke-7 siklus haid
                   -    Pada ibu yang tidak haid, infeksi diberikan setiap saat asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh berhubungan sex atau jika berhubungan menggunakan kondom.
                   -    Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang asal tidak hamil.
                   -    Ibu yang sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin mengganti dengan jenis kontrasepsi suntikan lain, dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya.
                   -    Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai ke-7 siklus haid asal tidak hamil.
                   -    Ibu tidak haid/dengan perdarahan tidak teratur
                        Pertama suntikan dapat diberikan setiap saat asal tidak hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh berhubungan sex atau berhubungan dengan menggunakan kondom.

          c.  Cyclofem
              Adalah  suntikan kombinasi 25 mg depomedroxy progesterone acetat dan 5 mg estradiol cyplonate.
              1.  Komposisi
                   Tiap ml suspensi dalam  air mengandung:
                   -    Medroxy progesteron acetat 50 mg
                   -    Estradiol cypionate 10 mg
              2.  Waktu pemberian dan dosis
                   Disuntikkan dalam  dosis 50 mg noretindrom enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan melalui  IM sebulan sekali.
              3.  Efektivitas
                   Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan/1000 wanita) selama tahun pertama penggunaan.
              4.  Keuntungan
                   -    Resiko terhadap kesehatan kecil
                   -    Tidak berpengaruh pada hubungan sex
                   -    Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
                   -    Jangka panjang
                   -    Efek samping sangat kecil
                   -    Klien tidak perlu  menyimpan obat suntik
              5.  Efek Samping     
                   -    Perubahan pada kulit: gatal-gatal, penggelapan kulit,
                   -    Sakit kepala, sakit pada dada
                   -    Peningkatan BB
                   -    Perdarahan berkepanjangan
                   -    Anoreksia, rasa lelah, depresi
                   -    Payudara lembek dan galaktosa
                   -    Penyakit tromboembolik, tromboflebitis
                   -    Perdarahan tidak teratur 
              6.  Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi
                   -    Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid.
                   -    Bila disuntikkan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien tidak boleh berhubungan sex atau berhubungan dengan menggunakan kondom.
                   -    Pada klien pasca persalinan 6 bulan, menyusui serta belum haid suntikan pertama dapat diberikan setiap saat asal tidak hamil.
                   -    Jika pasca persalinan kurang dari 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi.
                   -    Pasca keguguran
                        Suntikan kombinasi dapat segera diberikan/dalam  waktu 7 hari. 
                   -    Bila sebelumnya memakai kontrasepsi hormonal dan ingin ganti, suntikan dapat segera diberikan asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu sampai datang haid. Bila diberikan pada hari ke 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan.
                   -    Ibu sebelumnya menggunakan AKDR, suntikan pertama diberikan hari ke 1-7 siklus haid, kemudian AKDR dicabut segera.

DEPRESI POST PARTUM


DEPRESI POST PARTUM
1.     PENGERTIAN
Depresi postpartum terjadi dalam 10-15% wanita pada populasi umum. Depresi postpartum paling sering terjadi dalam 4 bulan pertama setelah melahirkan, tetapi dapat terjadi kapan pun pada tahun pertama. Depresi postpartum tidak berbeda dari depresi yang dapat terjadi setiap saat lainnya dalam kehidupan wanita. Masa pasca-melahirkan adalah waktu yang paling rentan bagi wanita untuk mengembangkan penyakit kejiwaan. Wanita yang menderita 1 episode depresi mayor setelah melahirkan memiliki risiko kekambuhan sekitar 25%.
Perempuan resiko tertinggi adalah mereka dengan sejarah pribadi depresi, episode sebelumnya depresi pasca melahirkan, atau depresi selama kehamilan. Selain memiliki riwayat depresi, kehidupan yang penuh stress akhir-akhir ini, stres sehari-hari seperti perawatan anak, kurangnya dukungan sosial (terutama dari pasangan), kehamilan yang tidak diinginkan, dan status asuransi telah divalidasi sebagai faktor risiko.
Biasanya, depresi pasca melahirkan berkembang secara diam-diam selama 3 bulan pertama pasca melahirkan, meskipun gangguan tersebut mungkin memiliki onset yang lebih akut. Depresi postpartum lebih persistent dan melemahkan daripada postpartum blues.
III. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN DEPRESI POST PARTUM
Depresi postpartum tidak berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional. Suasana sekitar kehamilan dan kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus timbulnya gangguan emosional. Penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah adanya ketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan kehamilan dan persalinan. Faktor lain yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan.
Perempuan yang memiliki riwayat masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi. Karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum adalah : wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang–orang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya kurang komunikasi dan informasi, wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.
Depresi pascasalin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
  1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
  2. Karakteristik ibu, yang meliputi :
  3. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
  4. Faktor pengalaman. Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
  5. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka.
  6. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.
  7. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu.

IV. GEJALA-GEJALA DEPRESI POST PARTUM
Depresi merupakan gangguan yang betul–betul dipertimbangkan sebagai psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang berakhir dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul bersamaan dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum seperti : sukar tidur, merasa bersalah,  kelelahan,  sukar  konsentrasi, hingga pikiran  mau bunuh  diri. Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan adalah pikiran – pikiran ingin bunuh diri, waham–waham paranoid dan ancaman kekerasan terhadap anak–anaknya. Tetapi dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum, depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain : (4,5,7)
  1. Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi – mimpi yang menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
  2. Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
  3. Fobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang bermacam–macam. Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan jarum.
  4. Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.
  5. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu.
  6. Perubahan mood. Depresi postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi bayinya. Depresi postpartum sering disertai gangguan nafsu makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan untuk mempertahankan konsentrasi atau perhatian.

V. PENATALAKSANAAN
Singkirkan penyebab fisik untuk gangguan mood (misalnya, disfungsi tiroid, anemia). Evaluasi awal termasuk riwayat kesehatan menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium rutin. Tingkat keparahan penyakit akan menentukan terapi yang tepat.
Strategi pengobatan non-farmakologis berguna untuk wanita dengan gejala depresi ringan sampai sedang. Psikoterapi individu atau kelompok (kognitif-perilaku dan terapi interpersonal) adalah sangat efektif.
Psychoeducational atau dukungan kelompok juga dapat membantu. Modalitas ini dapat sangat menarik bagi ibu yang menyusui dan yang ingin menghindari minum obat.
Strategi farmakologis yang diindikasikan untuk gejala depresi sedang sampai berat atau ketika seorang wanita tidak merespon pengobatan non-farmakologis. Obat juga dapat digunakan dalam hubungannya dengan terapi non-farmakologis.
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) adalah agen lini pertama dan efektif pada wanita dengan depresi pasca-melahirkan. Gunakan dosis antidepresan standar, misalnya, fluoxetine (Prozac) 10-60 mg/hari, sertraline (Zoloft) 50-200 mg/hari, paroxetine (Paxil) 20-60 mg/hari, citalopram (Celexa) 20-60 mg/hari , atau escitalopram (Lexapro) 10-20 mg/hari. Efek samping obat kategori ini termasuk insomnia, mual, penurunan nafsu makan, sakit kepala, dan disfungsi seksual.
Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), seperti venlafaxine (Effexor) 75- 300 mg/hari atau duloxetine (Cymbalta) 40-60 mg/hari, juga sangat efektif untuk depresi dan kecemasan.
Antidepresan trisiklik (misalnya, Nortriptilin 50-150 mg/hari) mungkin berguna bagi wanita dengan gangguan tidur, walaupun beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan lebih merespon obat kategori SSRI. Efek samping dari antidepresan trisiklik termasuk mengantuk, berat badan bertambah, mulut kering, sembelit, dan disfungsi seksual.
Biasanya, gejala mulai berkurang dalam 2-4 minggu. Dan penyembuhan total dapat berlangsung beberapa bulan. Pada sebagian responden, meningkatkan dosis dapat membantu.
Obat anxiolytic seperti lorazepam dan clonazepam mungkin berguna sebagai pengobatan adjunctive pada pasien dengan kecemasan dan gangguan tidur. Data awal menunjukkan bahwa estrogen, sendiri atau kombinasi dengan antidepresan, mungkin bermanfaat, namun tetap antidepresan menjadi lini pertama pengobatan.
Jika ini adalah episode pertama dari depresi, pengobatan selama 6-12 bulan dianjurkan. Untuk wanita dengan depresi mayor berulang, diindikasikan perawatan pengobatan jangka panjang dengan antidepresan.
Kegagalan untuk mengobati atau pengobatan yang tidak adekuat dapat mengakibatkan memburuknya hubungan antara ibu dan bayi atau pasangan. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko morbiditas pada ibu dan bayi, serta kompromi sosial dan pengembangan pendidikan sang bayi. Semakin cepat pengobatan maka semakin baik prognosisnya. Rawat Inap mungkin diperlukan untuk depresi pascamelahirkan yang parah.

VI. PROGNOSIS
Identifikasi dan intervensi secara dini prognosenya pada wanita yang mengalami depresi postpartum adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan tertangani dengan baik jika efek depresi post partum ini diketahui sejak awal. Pencegahan yang paling utama adalah informasi tentang faktor resiko terjadinya depresi postpartum di masyarakat sebagai nilai penting untuk mencegah terjadinya depresi ini. Skrining awal terjadinya depresi postpartum ini dapat diketahui saat ibu membawa bayinya pada tempat pelayanan kesehatan untuk dilakukan imunisasi sehingga pencegahan terjadinya depresi postpartum dan depresi secara umum dapat dihindari.
            VII. KESIMPULAN
    1. Deteksi dini depresi post partum dapat dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan ibu hamil dan imunisasi.
    2. Depresi post partum dapat dicegah dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang faktor resiko terjadinya depresi.
    3. Pengobatan farmakologis dan non-farmakologis sangat diperlukan bagi wanita atau ibu dengan depresi post partum